Halo, Socconians!
Beberapa dari kamu tentunya sudah pernah dengar tentang disleksia, bukan? Untuk menyegarkan kembali ingatan kamu, disleksia itu merupakan sebuah gangguan yang terjadi pada sel-sel neuron yang ada di otak manusia. Gangguan tersebut mengakibatkan seseorang mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Namun, siapa sangka orang yang mengalami disleksia merupakan orang yang sangat cerdas dan kreatif, tetapi masih berjuang untuk membaca dan menulis.
Bantuan dengan treatment yang tepat sangatlah penting bagi penderita disleksia. Dengan begitu hambatan yang dialami tentunya lebih mudah untuk dapat diatasi. Meskipun terdapat dua anak penderita disleksia menunjukkan gejala yang sama, terkadang sulit bagi kita, khususnya orang tua, untuk mengidentifikasi solusi bagaimana membuat treatment yang paling efektif.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Guinevere Eden, profesor dari Georgetown University, seorang anak yang mengalami disleksia dapat diamati pada kategori atau tipe-tipe yang berbeda. Dengan mengetahui tipe dan kategori tersebut, kamu, khususnya orang tua, dapat membuat treatment yang efektif dan memastikan anak-anak penderita disleksia tidak jauh tertinggal dari teman sebaya mereka.
Sebagai seorang guru atau orang tua yang kebetulan mengajarkan anak penderita disleksia di sekolah ataupun di rumah, terkadang terasa cukup “mengganggu”, karena dengan keadaan yang dideritanya kemungkinan besar seorang anak disleksia mengalami ketertinggalan dalam hal pelajaran dibanding teman-teman sebayanya. Maka dari itu, sebagai orang tua atau guru perlu memberikan perhatian lebih kepada anak disleksia agar dapat meningkatkan rasa percaya diri anak. Meningkatkan kepercayaan diri maupun memotivasi seorang anak yang mengalami disleksia secara perlahan mampu memberikan dampak positif serta mengejar ketertinggalan tersebut.
Terkadang seorang anak disleksia yang mengalami ketertinggalan dalam beberapa pelajaran (seperti membaca dan menulis) dengan teman sebayanya merasa insecure dengan keadaan diri mereka sendiri. Maka dari itu, sebagai orang tua maupun seorang pendidik penting sekali untuk mengenal tipe atau jenis penderita disleksia dengan tujuan mengetahui bagaimana “memperlakukan” seorang anak penderita disleksia. Namun, sebelum mengajari mereka, kamu harus tahu terlebih dahulu tipe-tipe atau jenis disleksia. Berikut beberapa tipe disleksia yang kami rangkum.
Surface Dyslexia
Menurut Nancy Mather dan Barbara Wendling dalam buku Essentials of Dyslexia Assessment and Intervention, surface dyslexia merupakan suatu jenis disleksia yang ditandai dengan kesulitan pengenalan dan pengejaan kata secara keseluruhan, terutama ketika kata-kata tersebut memiliki korespondensi suara ejaan yang tidak teratur.
Seorang anak yang mengalami surface dyslexia ini mungkin akan terlihat baik-baik saja dalam berbicara atau mengeluarkan kata-kata. Akan tetapi, seorang anak yang mengalami jenis disleksia ini sulit untuk mengenali kata-kata umum dengan penglihatan. Disleksia ini ini juga kadang disebut sebagai disleksia visual atau dyseidetic.
Menurut penelitian berdasarkan anak penderita disleksia jenis ini, di bagian otak, terutama pada bagian lobus parietal, mengalami sedikit gangguan. Hal ini yang menyebabkan penderita tidak dapat mengenali kata sebagai keseluruhan kata dan hanya mengambil dari pelafalannya dari ingatan yang dia dengar saja. Misalnya seorang anak dengan disleksia ini tidak dapat dengan benar membaca kata seperti “mint”, tetapi kata yang akan keluar justru menjadi “pint”.
Phonological Dyslexia
Phonological dyslexia merupakan tipe disleksia yang memiliki kesulitan membaca yang cukup parah. Hal ini dikarenakan adanya gangguan dari fonologis, yang berarti kemampuan untuk mengucapkan suara atau bunyi dasar bahasa seorang anak disleksia tipe ini sangat sulit untuk diucapkan. Suara anak seolah-olah menjadi “lengket” dan tidak dapat memproses suara bahasa dan menghubungkannya.
Seorang anak yang mengalami disleksia jenis ini memiliki “masalah” yang berlawanan dengan surface dyslexia. Penderita tipe ini dapat membaca kata-kata yang dia baca melalui pikiran. Namun, mereka kesulitan ketika harus mengeluarkan kata-katanya. Disleksia jenis ini hanya dapat membaca kata-kata yang dekat dengan mereka, seperti ibu, baju, atau meja.
DIkarenakan adanya kesulitan untuk membaca kata-kata yang abstrak atau tidak dekat dengan mereka, maka perlu adanya penanganan khusus untuk disleksia jenis ini. Kata yang abstrak bagi seorang anak penderita phonological dyslexia sulit sekali untuk dicerna di otak mereka dan akan sulit untuk diucapkan. Terlebih kosa kata tersebut terlalu konseptual atau teoritis. Mulai sekarang, cobalah ajari menggunakan kata yang ada disekitar mereka.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para pakar neuroscience, Samuel Torrey Orton dan Anna Gillingham, tipe disleksia ini dapat dilakukan dengan cara “fleksibel” yaitu teknik dengan cara anak harus memahami suatu kata abstrak dan dapat menerapkannya sambil memahaminya. Misalnya seperti kata terminal, dimana anak diajak untuk memahami fungsinya sebagai apa atau dimana lokasi terminal tersebut.
Nah, itu beberapa tipe dari disleksia, Socconians. Jadi sebelum membantu orang terdekat kamu yang sedang mengalami disleksia, kamu bisa identifikasi terlebih dahulu anak tersebut masuk pada kategori atau jenis yang mana. Kalau sudah mengidentifikasinya, kamu bisa baca blog kami lainnya tentang bagaimana treatment anak disleksia, ya. Semoga bermanfaat.
Tim Penulis
Yoga Prasetyo, Adithya Asprilla, dan Sepriandi.
Tim Editor
Sulistia Ningsih, Finda Rhosyana, dan Muhammad Azimi.
Review Medis
Mozes Touw, M.Psi, Psikolog
Sumber Tulisan
Derouesne J. & M.F. Beauvois. (1979). “Phonological processing in reading : data form alexia”. J. Neurol Neurosurg Psychiatry. Vol. 42. Hlm.1125--1132. Diakses pada tanggal 22 Januari 2020 dari situs web ncbi .
Law, Caroline & Linda Cupples. (2015). “Thinking outside the boxes: Using current reading models to assess and treat developmental surface dyslexia”. Neuropsychological Rehabilitation. Vol. 27. Hlm. 149--195. Diakses pada tanggal 22 Januari 2020 dari situs web tand online.
Welbourne S.R. & Matthew A. L.R. (2006). "Phonological and Surface Dyslexia in a Single PDP Model of Reading. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associate. Diakses pada tanggal 22 Januari 2020 dari situs web cognitive psychology.
Wang, H.C., Lyndsey Nickels, & Anne Castles. (2015). “Orthographic learning in development surface and phonological dyslexia”. Cognitive neuropsychology. Vol. 32. Hlm. 58--79. Diakses pada tanggal 22 Januari 2020 dari situs web tand online.
Comments