Hai, Socconians!
Biasanya kalau dengar frasa “gangguan makan”, langsung pada kepikiran apa? Yups, perempuan! Sebagai makhluk yang peka, perasa, dan seumur hidup sibuk dengan tubuhnya sendiri, perempuan lebih rentan mengidap gangguan makan daripada laki-laki. Namun, pada kenyataannya gangguan makan juga menghantui laki-laki. Sebuah penelitian dengan rentang usia 13-14 tahun menemukan sejumlah 12,4% responden perempuan dan 8,3% responden laki-laki memiliki kebiasaan makan beresiko dengan perbedaan yang nggak signifikan. Gangguan makan berasal dari westernisasi budaya, tapi bukan berarti teman-teman kita di Asia ini tidak lepas dari gangguan satu ini ya, Socconians!
, gangguan makan pada laki-laki dan perempuan itu berbeda. Perbedaannya ada pada tipe, waktu mulai terjadi (onset), dan adanya tingkat obesitas lebih tinggi sebelum gangguan makan muncul. Laki-laki lebih rentan terkena bulimia, suatu jenis gangguan makan yang pengidapnya tetap makan dalam jumlah normal atau sedikit berlebih tetapi masukan kalorinya dikompensasi dengan muntah atau olahraga berlebihan. Bahkan laki-laki dengan bulimia bisa jadi lebih banyak jumlahnya daripada perempuan dengan anoreksia (gangguan makan yang pengidapnya hampir tidak makan sama sekali). Waktu mulai terjadinya juga pada usia yang lebih tua daripada perempuan yang biasanya dimulai pada usia praremaja.
Remaja laki-laki berisiko biasanya gemuk, dan seringkali diejek oleh orang di sekitarnya. Lalu, ia membaca majalah-majalah sampai-sampai mengidolakan bentuk tubuh yang tidak dimilikinya. Hal ini membuat ia tidak puas dengan tubuhnya sendiri dan rendah diri. Biasanya ia berolahraga, namun tanpa pola makan sehat tentunya body goal tidak realistis ini semakin sulit tercapai. Akhirnya olahraganya ditambah terus sampai dihitung-hitung berapa menit dia harus lari atau berapa kali harus sit-up hanya untuk membakar kalori sepotong keripik yang barusan dia cemil.
Kalau memang itu masalah, kenapa nggak minta tolong? Selain gengsi, penyebab lainnya adalah stigma tidak normal atau kesan seperti perempuan. Gangguan makan lebih awal muncul dan terlihat lebih banyak dialami perempuan, padahal laki-laki dan perempuan sama-sama bisa mengalami gangguan makan dengan kesempatan yang sama pula. Itulah sebabnya laki-laki yang terkena gangguan makan jarang meminta pertolongan. Apa yang harus kita lakukan kalau kita sendiri atau teman kita yang laki-laki mengidap gangguan ini?
Jika Socconians bisa mengunjungi psikiater atau psikolog, ini adalah langkah terbaik yang bisa dilakukan. Psikiater atau psikolog pilihanmu bisa menjaga rahasia, kok. Selain itu, Socconians juga dapat berkonsultasi kepada ahli gizi mengenai asupan gizi ideal dan pola makan yang sehat. Pengetahuan yang cukup tentang gizi bisa mengubah pola makan jadi lebih baik lho!
Nah, itu dia sekilas tentang gangguan makan pada laki-laki dan apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapinya. Kalau menemui orang yang memiliki gangguan makan, jangan segan membantu atau cari bantuan, ya. Baca terus artikel-artikel Social Connect untuk tahu lebih banyak tentang jenis-jenis gangguan makan lainnya!
Tim Penulis
Aulia Syifa-ur Rodhiya dan Sepriandi.
Tim Editor
Zul dan Muhammad Azimi.
Review Medis
dr. Belinda Julivia Murtani, MRes dan Emha Nelwan Lawani D. L., S.Psi
Sumber Tulisan
Canals, J., Carbajo, G., Fernandez, J., Marti-Henneberg, C., & Domenech, E. 1996. Biopsych Pathologic risk profile of adolescents with eating disorder symptoms. Adolescence, 31(122), 443+.
Emilia, E. 2009. Pendidikan Gizi sebagai Salah Satu Sarana Perubahan Perilaku Gizi pada Remaja. Tabularasa PPS UNIMED, 6(2), 161-174.
Lianawati. t.thn. Perempuan, Tubuh, dan Kecantikan. Universitas Kristen Krida Wacana. Diakses dari situs web Google Scholar pada tanggal 16 Januari 2019.
Pike, K. M., & Dunne, P. E. 2015. The Rise of Eating Disorder in Asia: A Review. Journal of Eating Disorder, 3(33).
Tim The National Centre for Eating Disorders. 2012. Eating Disorders in Males. Diakses dari situs web National Centre for Eating Disorders pada tanggal 16 Januari 2019.
Hozzászólások