Halo, Socconians!
Pada zaman sekarang ini, pekerjaan Socconians jarang terlepas dari teknologi, bukan? Bahkan sudah mengenal pentingnya teknologi yang digunakan tidak hanya untuk membantu pekerjaan kita, tetapi juga sebagai media hiburan dan sarana interaksi sosial.
Di samping itu, sadar atau tidak, penggunaan ‘dunia virtual’ ini dapat memicu digital stress, terutama pada remaja, lho. Apa itu digital stress? Bagaimana ‘dunia virtual’ memicu digital stress pada remaja? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan Social Connect bahas dalam artikel ini.
Digital stress adalah stres yang disebabkan oleh interaksi yang kurang baik dalam ‘dunia virtual’, seperti pada media sosial dan aplikasi chatting. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wenstein dan Selman yang berjudul “How to Cope with Digital Stress”, pemicu digital stress terbagi menjadi dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2.
Tipe 1
Tipe 1 merupakan ekspresi kebencian, kekejaman, dan kejahatan. Pemicu pada tipe 1 di antaranya seperti, berpura-pura menjadi orang lain, penghinaan, serta dipermalukan di depan umum.
Tipe 2
Tipe 2 merupakan tekanan penyebab stres yang berkaitan dengan hubungan dengan orang terdekat. Pemicu pada tipe 2, yaitu log in pada akun orang lain tanpa izin, tekanan untuk patuh pada seseorang, dan pengekangan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, dapat Socconians ketahui bahwa dunia virtual sangat berpengaruh terhadap digital stress. Media sosial mengubah cara kita dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Interaksi dan komunikasi secara tidak langsung yang memiliki makna negatif melalui media sosial, cenderung menimbulkan digital stress, terutama pada remaja yang masih dalam kondisi perkembangan kontrol atas impuls ataupun diri sendiri.
Salah satu masalah yang menimbulkan digital stress pada remaja dalam media sosial adalah cyberbullying atau tindakan penindasan melalui media teknologi informasi. Berdasarkan tipe pemicunya, cyberbullying termasuk dalam tipe 1. Interaksi secara tidak langsung dalam media sosial, mempermudah orang-orang di dalamnya untuk mengatakan hal-hal yang terkesan jahat dan kejam hingga menimbulkan terjadinya cyberbullying. Hal ini disebabkan karena seseorang dapat menyembunyikan identitasnya dalam media sosial, sehingga lebih berani dalam mengemukakan pendapatnya, baik yang bermakna positif maupun negatif. Selain itu, kesalahpahaman hingga menimbulkan perselisihan juga mungkin terjadi dalam media sosial.
Beberapa peneliti telah memperdebatkan pengaruh media sosial ini pada digital stress. Jean Twenge dari San Diego State University bersama rekan-rekannya, telah meneliti hasil statistik Amerika Serikat tentang penggunaan media sosial. Dari hasil penelitiannya, Jean Twenge mendapatkan lebih dari 500.000 remaja pada usia 13 hingga 18 tahun mengalami depresi dan mereka yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan smartphone atau teknologi digital mengalami lebih banyak permasalahan kesehatan mental.
Bagaimana menurutmu, Socconians? Terlepas dari apa pun penyebabnya, stres (dalam hal ini distress atau stres negatif) pada remaja merupakan suatu hal yang harus disadari dan ditangani sesegera mungkin. Kesehatan mental pada remaja yang sedang dalam masa pencarian jati dirinya sangat penting agar perkembangan dirinya tidak terhambat. Selalu jaga kesehatan mentalmu dan sadari kesehatan mental orang-orang di sekelilingmu, ya, Socconians!
Ditulis oleh Choiriyah Indriyati dan direvisi oleh Andy.
Diedit oleh Zimi, Agnes, dan Alif Pradhana.
Di-review oleh Emha Nelwan Lawani D. L., S.Psi dan Rezka Mardhiyana, S.Psi.
Sumber Tulisan
Ehmke, Rachel. 2019. “How Using Social Media Affects Teenagers”. Diakses dari website Child Mind institute pada tanggal 8 Maret 2019.
Hurley, Katie. 2018. “Is Social Media Messing with Your Teen's Mental Health?”. Diakses dari website Psycom pada tanggal 8 Maret 2019.
Salvetti, Bianca. 2019. “Digital Stress: What is It, How Does It Affect Teens and How Can You Help?”. Diakses dari website Children's Hospital Los Angeles pada tanggal 8 Maret 2019.
Tiwary, Tracy A Dennis. 2017. “Can't Fight This Feeling: Technology and Teen Anxiety”. Diakses dari website Psychology Today pada tanggal 8 Maret 2019.
Tim Penulis Raising Children. 2018. “Teenage Development : What to Expect”. Diakses dari website Raising Children pada tanggal 7 April 2019.
Weinstein, Emily C dkk. 2015. How to cope with digital stress: the recommendations adolescents offer their peers online. Amerika Serikat: Journal of Adolescent Research, (31), (4): 415-441.
Comentarios