Halo, Socconians!
Tahukah kamu bahwa Borderline Personality Disorder (BPD) adalah salah satu penyakit kejiwaan yang masih sering disalahpahami oleh kebanyakan orang? Kesalahpahaman yang paling berbahaya dan beredar di masyarakat adalah yang menyatakan bahwa seseorang dengan BPD harus berjuang melawan penyakit tersebut seumur hidupnya. Hal ini tentu saja membuat BPD terdengar menyeramkan di telinga masyarakat umum. Nah, Socconians, yuk kenali BPD!
BPD adalah penyakit kejiwaan yang ditandai dengan suasana hati, perilaku, dan perasaan yang tidak menentu. Sederhananya, BPD mampu mempengaruhi cara berpikir penderitanya mulai dari bagaimana ia melihat diri sendiri sampai dengan hubungannya dengan orang lain. Socconians pasti penasaran, apa sih penyebab dari Borderline Personality Disorder ini? Lalu, siapa saja yang bisa mengalami penyakit ini? Hingga saat ini penyebab dari BPD masih belum diketahui dengan pasti. Namun, kebanyakan pasiennya rata-rata berusia remaja hingga dewasa muda.
Untuk mendiagnosa seseorang terbukti menderita BPD, seorang profesional berpedoman pada kriteria yang ada dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, yang ditetapkan oleh Asosiasi Psikiatri Amerika Serikat (APA). Penderita setidaknya harus memenuhi lima atau lebih dari sembilan gejala yang ada, yaitu:
Ciri pertama adalah penderita biasanya berusaha keras supaya mereka tidak merasa diabaikan, terlepas dari benar-benar diabaikan oleh lingkungannya atau hanya khayalan mereka semata.
Penderita memiliki ketidakstabilan dalam menjalani hubungan interpersonal dengan orang lain, ditandai dengan mengidealkan orang tersebut pada suatu waktu kemudian berubah menjelekkannya di waktu yang lain.
Memiliki pergumulan batin tentang identitasnya.
Memiliki perilaku yang impulsif, salah satu contohnya adalah boros dalam berbelanja, berhubungan seksual dengan cara yang tidak aman, menyetir dengan tidak hati-hati dan lainnya.
Mencoba melakukan tindakan bunuh diri secara repetitif.
Memiliki kelabilan emosi yang cukup ekstrem.
Sering merasa kosong.
Penderita sulit mengendalikan amarah.
Tubuh dan pikiran tidak terhubung serta memiliki pikiran-pikiran yang cenderung bersifat paranoid ketika sedang stres.
Penderita BPD juga harus berjuang dengan stigma yang beredar di masyarakat tentang mereka. Beberapa penelitian menyatakan bahwa stigma yang diterima oleh penderita BPD cenderung lebih negatif dibanding dengan penderita penyakit kejiwaan lainnya seperti skizofrenia. Hal ini mampu membuat penderita merasa tidak nyaman dan bisa berakibat pada proses penyembuhan BPD itu sendiri, karena dianggap menakutkan oleh orang sekitar sehingga tidak mampu melakukan pekerjaan secara mandiri.
Nah, Socconians!alangkah baiknya jika kita bisa menjadi pribadi yang suportif terhadap mereka yang menderita BPD serta penyakit kejiwaan lainnya. Kesulitan yang mereka alami dalam membina hubungan dengan orang lain adalah gejala yang mereka alami karena penyakitnya, bukan keinginan diri sendiri. Jika Socconians atau orang disekitar merasakan gejala BPD, segera kunjungi profesional ya. Selain untuk mencegah agar tidak semakin parah, hal ini juga menunjukkan bahwa kamu peduli dan menyayangi diri sendiri serta orang di sekitar kamu. Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan mental kamu ya, Socconians!
Tim Penulis
August Caesar dan Sepriandi.
Tim Editor
Zul dan Muhammad Azimi.
Review Medis
dr. Belinda Julivia Murtani, MRes dan Emha Nelwan Lawani D. L., S.Psi
Sumber Tulisan
Chapman, Alexander L. 2011. Borderline Personality Disorder: Fact and Fiction. Diakses dari situs web Here to Help pada tanggal 25 Januari 2019.
Homes, Leonard. 2017. Borderline Personality Disorder: A Diagnosis With a Bad Rap. Diakses dari situs web Very Well Mind pada tanggal 25 Januari 2019.
Knaak, Stephanie et al. 2015. Borderline Personality Disorder and Emotion Dysregulation. 2:9 DOI: 10.1186/s40479-015-0030-0
Paris, Joel. 2005. Borderline Personality Disorder. 172 (12). Department of Psychiatry, McGill University. DOI: 10.1503/cmaj.045281
Samiadi, Lika Aprilia. 2017. Tanda dan Gejala Borderline Personality Disorder. Diakses dari situs web Hello Sehat pada tanggal 25 Januari 2019.
Tim Penulis National Institute of Mental Health. 2019. Borderline Personality Disorder. Diakses dari National Institute of Mental Health pada tanggal 25 Januari 2019.
Kommentare